Disusun oleh
Saipul Asri, S.Pd
Bab I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Indonesia adalah suatu negara berkembang yang dapat dikategorikan pada kelompok Negara berkembang yang tingkat penghasilan perkapitanya masih jauh dibawah Negara berkembang lainnya yang ada dikawasan Asean, begitu juga perkembangan ekonomi makro maupun mikro masih di bawah. Basis perekonomian secara makro ialah bidang pertanian yang berorientasi ke industri dimana tingkat kemajuan teknologi pertanian yang ada selalu akan berdampak kepada hasil maupun kualitas produk daripada pertanian itu sendiri.Selain pertanian, usaha perekonomian di sector lainpun selalu dipacu perkembangannya yang antara lain sector perikanan, peternakan dan kehutanan.
Peternakan adalah salah satu sector perekonomian yang cukup besar menyumbang devisa maupun prosentase Produk domestic bruto (PDB) masyarakat Indonesia ke tingkat yang lebih baik lagi.Dimana teknologi peternakan yang berkembang dengan pesat, baik dari segi budidaya mapun dari sisi penganekaragaman bibit maupun keunggulannya.
Masyarakat pedesaan dihampir seluruh Indonesia ini pada umumnya melaksanakan budidaya ternak baik ternak unggas maupun hewan.Budidaya ternak hewan juga terbagi dari dua jenis yaitu hewan besar dan kecil.
Kambing adalah salah satu jenis budidaya ternak kecil, dimana di seluruh Indonesia ini masyarakat pedesaan pada umumnya melaksanakan usaha budidaya ternak kambing ini.Tapi usaha ternak atau budidaya tersebut kebanyakan masih bersifat insidentil dan tidak terprogram, sehingga akibatnya perkembangan usaha budidaya ternak kambing yang bersifat home industri itupun biasanya berlangsung stagnan.
Bertitik tolak dari keadaan tersebut sudah selayaknya perlu dicari terobosan-terobosan yang dapat menghilangkan kendala dalam usaha budidaya ternak kambingtersebut. Baik dari teknis pembudidayaanya maupun dari teknologi pembibitan dan lain sebagainya.Sehingga usaha budidaya ternak kambing itu dapat menjadi usaha utama, bukan lagi merupakan usaha sampingan bagi penduduk perdesaan, mereka dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya secara individual maupun meningkatkan perekonomian secara nasional.
B. Tujuan
Tujuan disusunnya tulisan ini antar lain :
1. Untuk memenuhi tugas karya tulis
2. Untuk memberikan acuan dalam usaha budidaya ternak kambing
3. Untuk memberikan bahan perbandingan dalam usaha budidaya ternak kambing
4. Untuk menambah wawasan baik bagi penulis mapun pembaca.
Bab.II
KAJIAN TEORI
Ternak kambing merupakan ternak yang sudah sangat lama dikenal oleh masyarakat baik masyarakat petani maupun masyarakat umumnya. Di Indonesia terutama di pedesaan kambing adalah merupakan salah satu ternak yang sangat banyak dipelihara. baik secara tradisional maupun secarar intensif. Karena kambing adalah ternak yang sangat mudah dipelihara dan dikembangbiakkan, baik dengan modal besar maupun dengan modal yang sangat kecil sekalipun.Karena biaya permodalan awal maupun biaya pengembangbiakan relatif murah. Oleh karena itu sudah sewajarnya budidaya ternak kambing ini mulai diupayakan dilakukan dengan carar intensif, sehingga dapat menunjang ekonomi keluarga terutama masyarakat di pedesaan.
A.Jenis-jenis kambing
1. Jenis-jenis kambing ini sangat banyak, dari jenis lokal dikenal dengan kambing kacang dan biri-biri (wedus gembel) dan peranakan, disini kita hanya akan membahas kambing peranakan. Asal usul kambing peranakan ini ialah pada tahun 1923 di daerah kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo didatangkan kambing dari distrik Ettawa India dengan nama Fries Indie. Kambing tersebut secara turun temurun dipelihara di daerah kecamatan Kaligesing hingga sampai sekarang, kambing yang dipelihara ada yang berat badannya mencapai 80-110Kg.
Di daerah kecamatan Kaligesing perkembangan kambing tersebut sangat baik sehingga terkenal dengan nama peranakan ettawa (PE) ras Kaligesing.
Kunci sukses dalam usaha memelihara kambing peranakan ettawa ras Kaligesing kita harus:
1.1.Cinta (senang) terhadap kambing
1.2.Rasa kasih sayang terhadap ternaknya (kambing)
1.3.Pakan dan minum terpenuhi bergizi dan sehat
1.4.Menjaga kebersihan kandang dan ternaknya
1.5.Kandang sistem panggung
1.6.Memilih bibit yang berkualitas
1.7.Kambing dikawinkan dengan pejantan yang baik (unggul) yang hasilnya meningkat.
2. Ciri-ciri/ kriteria kambing ettawa
2.1. Warna
2.1.1 Coklat + putih
2.1.2 Hitam + putih
2.1.3 Hitam polos + putih polos
2.1.4 Coklat polos
2.2. Beranak kembar
2.3. Kepala berbentuk jeruk sesiung
2.4. Telinga agak panjang melipat, ada juga yang berbentuk pelepah kelapa
2.5. Kaki tegak simetris tidak membengkok
2.6.Tanduk menghadap kebelakang
2.7. Bulu belakang lebat
2.8.Tidak cacat.
3. Jenis-jenis pakan
3.1. Hijau daun
3.1.1 Kaliandra
3.1.2 Dadap
3.1.3 Kamal (kleresede)
3.1.4 Lamtoro
3.1.5 Daun nangka
3.1.6 Singkong karet
3.1.7 Turi
3.1.8 Wora-wari (pagar hidup)
3.1.9 Daun jagung.
3.2. Jenis rumput
3.2.1 Kolonjono
3.2.2 Rumput gajah
3.2.3 Sotaria
3.2.4 Rumput alam
3.3. Pakan tambahan
3.3.1 Konsentrat
3.3.2 Ampas tahu
3.3.3 Bekatul
3.3.4 Jagung, kacang hijau, beras merah (bubur)
4. Minuman
1. Air tawar dan garam
2. Air tawar dan garam + gula merah.
5. Kandang
5.1 Kandang berbentuk panggung dan disekat-sekat.
Fungsinya:
5.1.1.Untuk memisahkan satu dengan yang lain
5.1.2.Mudah untuk memantau
5.1.3.Untuk memisahkan induk dengan anak
5.1.4.Untuk memisahkan induk yang bunting dengan yang lain
5.1.5.Untuk memisahkan induk dengan pejantan.
5.1.6.Melindungi ternak dari hewan pemangsa
5.1.7.Menjaga agar tidak merusak tanaman
5.1.8.Tempat kawin dan beranak
5.1.9.Tempat merawat yang sakit
5.1.10.Memudahkan pengontrolan.
5.2. Syaratnya:
5.2.1.Tempat kering dan tidak tergenang air
5.2.2.Tempat kandang agak jauh dari rumah
5.2.3.Cukup mendapat sinar matahari
5.2.4.Terlindung dari angin langsung.
Kandang yang baik diusahakan menghadap ke Timur, jarak dari rumah 10 – 20 Meter kerapatan lantai panggung 2 cm untuk memudahkan kotoran jatuh kelantai bawah.
5.3.Model-model kandang:
5.3.1.Kandang alas lantai tanah
5.3.2.Kandang panggung
5.4.Ukuran kandang:
5.4.1.Jantan dewasa (12 bulan) 1.2 M2
5.4.2.Betina dewasa (12 bulan) 1 M2
5.4.3.Induk menyusui 1 M2
ditambah ukuran setiap anak 0,5 M2
5.4.4.Jantan/betina muda (7-12 bulan) 0,75 M2
5.4.5.Sapihan (3-7 bulan) 0,5 M2
B. Pemeliharaan Dan Perawatan
1.Bibit
Pemilihan bibit bertujuan untuk memperoleh jenis kambing PE yang memiliki sifat- sifat baik, seperti prosentase kelahiran, kerukunan yang tinggi dan memiliki kecepatan tumbuh yang baik
1.1. Calon induk
Untuk memilih kambing PE betina yang hendak dijadikan bibit perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.1.1.Kambing PE belum mencapai 1 tahun atau gigi susu belum berganti
1.1.2.Berat badan sekitar 20 – 25 Kg
1.1.3.Kondisi badan baik, lincah dan aktif
1.1.4.Pertumbuhan ambing harmonis puting simetris.
1.2. Calon pejantan
Calon pejantan yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.2.1.dada dalam dan lebar
1.2.2.Tubuh panjang, daging baik
1.2.3.Punggung lurus dan rata
1.2.4.Kaki kuat dan halus
1.2.5.Memiliki sifat-sifat kejantanan yang menonjol/agresif
1.2.6.Seratum besar, simetris.
2. Pemeliharaan
2.1.Induk
Induk kambing yang sedang bunting memerlukan perawatan yang khusus dimana induk dijaga agar tidak sampai terjatuh atau berbenturan dengan ternak yang lain.Karena bisa menyebabkan keguguran atau kelahiran yang belum pada waktunya. Untuk menjaga hal-hal tersebut induk yang sedang bunting terutamam 2 (dua) minggu menjelang melahirkan harus dikandangkan sendiri. Induk yang bunting agar selalu sehat dan perlu banyak bergerak berjalan dan memperoleh sinar matahari dan pakan hijauan dan konsentrat yang cukup.( lama bunting kurang lebih 144 hari)
2.2. Pejantan
Pejantan sebaiknya ditempatkan terpisah dari kambing-kambing lainnya sehingga memudahkan pengawasan dan pengaturan perkawinan. Untuk pejantan yang dalam priode pemacak sebaiknya diberikat makanan konsentrat.
2.3. Anak
Anak yang baru lahir harus mendapatkan susu pertama dari induknya (colostrum) untuk mendapatkan kekebalan/anti body yang berguna sebagai pertahanan terhadap serangan penyakit. Penyapihan sebaiknya dilakukan sesuai dengan kondisi induk dan anak, penyapihan biasanya dilakukan saat anak berumur 4-5 bulan (ideal) yaitu bila anak sudah mampu sepenuhnya untuk makan-makanan hijauan dan makanan lainnya.
C. Reproduksi
Keberhasilan beternak kambing dapat diukur dengan perkembangbiakan ternak itu sendiri (Reproduksi) yang meliputi:
1. Deteksi birahi
2. Perkawinan
3. Bunting
1. 1 Deteksi birahi dapat dilihat atau diperhatikan antara lain:
1.1.1. Mengembik/tidak mau makan
1.1.2. Mengembik dan gelisah
1.1.3. Ekornya dikipat-kipatkan
1.1.4. Kemaluannya (Vulva) keluar lendir berwarna putih
1.1.5. Kemaluan dikenal dengan Abang, Abuh dan Anget (3 A)
2.1. Perkawinan
Umumnya ternak kambing akan mencapai pubertas setelah umur 6-8 bulan, tetapi umur yang tepat untuk mengawinkan ternak kambing pada usia 10-12 bulan. Adapun pase kawin ternak kambing ada 4 yaitu :
2.1.1 Pro Estrus
Waktunya relatif pendek, gejala yang terlihat hanya tingkah laku dan perubahan pada alat kelamin (vulva) bagian luar (bengkak, berwarna merah, basah). Pada fase ini meskipunternak ada gairah birahi tapi bila didekati pejantan menolak untuk melakukan perkawinan.
2.1.2 Estrim
Fase ini adalah masa terpenting dari siklus perkawinan ditandai dengan tanda-tanda birahi yang lebih jelas yaitu cairan bening yang mengalir menggantung di ujung vulva. (masa terbaik untuk perkawinan)
2.1.3 Met estrus
Fase terjadi setelah fase estrus selesai, ditandai dengan kurang jelasnya tanda-tanda birahi, disini betina menolak pejantan.
2.1.4 Di estrus
Fase terlama ditandai dengan tidak adanya kebuntingan.
3.1 Bunting
Ciri-ciri kambing bunting
3.1.1 Bulu mengkilat
3.1.2 Perut membesar
3.1.3 Puting susu hangat (mengeras)
D. Perawatan setelah melahirkan
1. Puting susu dibersihkan dengan air hangat dan pucuk puting susu diremas dengan jari telunjuk dan ibu jari (dipencet) agar susunya keluar.
2. Anak kambing setelah lahir badan dan mulutnya dibersihkan.
3. Kukunya dipotong sedikit agar tidak mudah panjang
4. Diberi susu induknya
5. Ekornya dicuci agar tidak dihinggapi lalat
6. Disemprot dengan gufanek bila ada
E. Macam-macam penyakit
1. Penyakit kulit (kurap, gudik)
2. Penyakit susu
3. Penyakit mata
4. Kembung
F. Pengobatan/pencegahan
1. Cara tradisional
Belerang dan kapur barus digerus lalu dicampur dengan minyak goreng lalu dioleskan
2. Kulit/Di injeksi dengan Ijomex
3. Susu/Diobati dengan Oxytocin
4. Mata/Diobati dengan cairan Kaloxzi
5. Kembung/Diberi minuman sprite atau air kelapa dan garam secukupnya
Bab. III
BUDIDAYA
A. Program pertama
Pada ujicoba budidaya ternak kambing, dilaksanakan di desa Tegal Ombo kecamatan Way Bungur pada tahun 2005, Jumlah anggota yaitu 10 orang dengan 1 orang tenaga pendamping lapangan.
1. Langkah-langkah pelaksanaan
1.1. Koordinasi dengan pihak desa yang akan menjadi locus sasaran
1.2. Identifikasi calon sasaran/anggota kelompok dan pendamping lapangan
1.3. Identifikasi NST
1.4. Pelaksanaan kursus kilat tentang budidaya ternak kambing 1 minggu
1.5. Selesai pelaksanaan kursus kilat lalu dibentuk kelompok
2. Aflikasi dilapangan
2.1. Setiap anggota diberi modal dengan satu ekor induk kambing lokal
2.2. Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan di tempat masing-masing anggota
2.3. Setiap satu bulan diadakan pertemuan bergilir disetiap rumah anggota
3. Kendala dan hambatan
3.1. Anggota yang tersebar dalam satu kecamatan dan terdiri dari lima desa
3.2. Pendamping lapangan kurang mampu dalam hal teknik budidaya ternak kambing
3.3. Modal yang terlalu kecil hanya mendapatkan satu ekor kambing
3.4. Orientasi kegiatan berdasarkan sasaran bukan jumlah anggaran.
B. Program Ke dua
Pada ujicoba budidaya ternak kambing, dilaksanakan di desa Purwosari kecamatan atanghari Nuban dan desa Sumberejo Batang Hari pada tahun 2006, Jumlah anggota yaitu 10 orang dengan:
1. Langkah-langkah pelaksanaan
1.1.Koordinasi dengan pihak kecamatan dan desa yang akan menjadi locus sasaran
1.2.Identifikasi calon sasaran/anggota kelompok
1.3.Identifikasi NST
1.4.Pelaksanaan kursus kilat tentang budidaya ternak kambing 1 minggu
1.5.Selesai pelaksanaan kursus kilat lalu dibentuk kelompok
2. Aflikasi dilapangan
2.1.Setiap anggota diberi dana sejumlah Rp. 1.200.000,00
2.2.Sebagian anggota membeli bibit lokal dan sebagian jenis domba lokal (Wedus gembel)
2.3. Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan dengan system kelompok
2.4. Di bagi tugas piket pengawasan setiap hari
3. Kendala dan hambatan
3.1.Pemilihan bibit kurang tepat
3.2.Piket kurang berjalan dengan baik
3.3.Ketua kelompok kurang mampu mengkoordinasikan anggotanya.
3.4.Disiplin anggota kurang optimal
C. Program Ke Tiga
Pada ujicoba ketiga budidaya ternak kambing, dilaksanakan di desa Rajabasa Lama kecamatan Labuhan Ratu pada tahun 2007, Jumlah anggota yaitu 7 orang dengan:
1. Langkah-langkah pelaksanaan
1.1.Koordinasi dengan pihak kecamatan dan desa yang akan menjadi locus sasaran
1.2.Identifikasi calon sasaran/anggota kelompok dan pendamping lapangan
1.3.Identifikasi NST
1.4.Pelaksanaan kursus kilat tentang budidaya ternak kambing 1 minggu
1.5.Selesai pelaksanaan kursus kilat lalu dibentuk kelompok
2. Aflikasi dilapangan
2.1.Setiap anggota diberi dana sejumlah Rp. 1.200.000,00
2.2.Seluruh anggota memelihara kambing P.E
2.3.Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan dengan system setiap anggota bertanggungjawab atas peliharaannya masing-masing
2.4.Diadakan pertemuan setiap sebulan sekali, sekaligus dibentuk kelompok arisan.
3. Kendala dan hambatan
3.1.Harga bibit sangat tinggi
3.2.Cuaca yang kurang baik
Bab. IV
PEMBAHASAN
A. Kendala yang ditemui di lapangan
1. Koordinasi dan identifikasi
Dalam hal koordinasi ini tidak semua desa berjalan dengan baik, karena sering ditemui sikap mental dari aparat terkait dimana kalau sudah berhubungan dengan dana bantuan pemerintah rasa ingin merasakan yang bukan haknya lebih menonjol dibandingkan dengan tujuan untuk memakmurkan masyarakatnya. Oleh karena itu sering terjadi anggota sasaran yang diajukan atau direkomendasikan masih lebih banyak yang bersifat kekeluargaan.
2. Lokasi dan integritas anggota.
Apabila jarak masing-masing anggota satu dengan lainnya terlalu jauh apalagi tersebar dalam satu kecamatan, hal ini banyak menimbulkan hambatan yang antara lain sulitnya berkoordinasi dan bertukar informasi tentang perkembangan masing-masing ternak peliharaannya.Begitu juga pendamping lapangan sangat banyak membutuhkan biaya dan waktu dalam mendampingi anggotanya.Selain itu mental anggota/WB masih sering bersikap mental yang kurang baik, bahkan sering ditemui yang berpandangan bahwa bantuan pemerintah sama saja dengan bagi-bagi dana bantuan tanpa adanya konsekwensi serta tujuan kemakmuran diri dan keluarga.
3. Pendamping lapangan
Sering terjadi pendamping lapangan kurang punya charisma serta kemampuan menejerial dalam melaksanakan tugasnya.Hal ini adalah kelemahan saat mengidentifikasi karena baik pendamping lapangan maupun warga belajar adalah hasil arahan dari pihak lokasi sasaran.Padahal pendamping lapangan adalah salah satu tenaga yang sangat berperan penting dalam keberhasilan program life skill.
4. DBU dan bibit ternak
Dana yang dialokasikan dalam life skill budidaya ternak kambing ini sering kali berorientasi kepada pemenuhan jumlah sasaran, sedangkan dilapangan keadaan tersebut sering bertentangan dengan kondisi pasar ternak dilapangan.Sehingga akan mempengaruhi jumlah bibit, jenis bibit dan kualitas bibit yang akhirnya tingkat optimalisasi keberhasiln program dapat terganggu.
5. Kendala alami.
Cuaca yang tidak menentu dapat menyebabkan terganggunya sumber pakan bagi ternak, karena apabila menemui musim kemarau sumber pakan hijauan sangat langka, sehingga pemenuhan sumber protein bagi ternak peliharaan akan berkurang bahkan tidak ada.
B. Indikator keberhasilan program
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari suatu program ialah dengan mengacu kepada indicator yang disusun berikut:
1. a.Semester 1.
Apabila pemeliharaan awal bibit anakan maka pada akhir semester.bibit Tersebut sudah menjadi indukan yang siap dipijahkan. Apabila indukan maka pada akhir semester sudah beranak.
b.Semester 2
Perkembangan bibit anakan sudah beranak/mempunyai keturunan, sedangkan bibit indukan sudah siap dipijahkan kembali.
2. Priode perkembangan ini akan selalu berjalan sesuai dengan siklus semesteran apabila tidak ada kendala yang berarti.
C. Evaluasi masing-masing Pelaksanaan program
1. Program pertama
1.1. Tiga orang anggota ternaknya mati
1.2.. Dua orang ternaknya hilang dicuri
1.3. Lima orang ternaknya berkembang tapi kurang optimal
2. Program kedua
2.1. Lima orang ternaknya terserang penyakit gudik dan tidak tertanggulangi
2.2. Lima orang ternaknya mengalami perkembangan cukup baik.
3. Program ketiga
3.1. Satu orang anggota ternaknya mati
3.2. Lima orang anggota ternaknya berkembang dengan baik
3.3. Satu orang kurang anggota ternaknya berkembang kurang optimal
Bab. V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam berkoordinasi dengan pihak desa ataupun kecamatan hendaknya pengelola program harus benar-benar dapat meyakinkan dan mengarahkan tujuan akhir dari suatu program, sedapat mungkin dalam mengidentifikasi calon sasaran betul-betul selektif agar didapatkan calon sasaran atau anggota kelompok yang rasa tanggungjawabnya tinggi.Jangan sampai terjadi yang menjadi sasaran tersebut masih kerabat dari pihak aparat desa mapun kecamatan yang kriterianya tidak memenuhi syarat.
Hendaknya sasaran tidak menyebar dalam satu kecamatan tapi sebaiknya ada dalam satu desa apabila memang jumlah sasaran sedikit/kurang dari 15 orang. Hal ini akan memudahkan mengkoordinirnya serta pengawasan. Kemudian untuk merubah sikap mental sasaran yang berpikiran dana bantuan bersifat cuma-cuma maka dibuat suatu perjanjian yang mengikat tanggungjawab maupun konsekwensinya baik secara moral maupun secara hukum.
Adapun pendamping lapangan adalah orang yang benar-benar mengerti dan memahami tentang ternak, baik segi budidaya, penyakit dan cara penanggulangannya maupun menejerial.sehingga kendala pemeliharaan dilapangan dapat diminimalisir.
Sedapat mungkin bila tidak bertentangan dengan petunjuk teknis (juknis) dan petunjuk pelaksanaan program dana yang tersedia jangan berorientasi kepada kuantitas sasaran, tapi lebih diarahkan kepada kualitas keberhasilan program.
Dalam memilih lokasi sasaran selain berpedoman kepada kriteria umum tentang tingkat perekonomian warga masyarakatnya, letak topografi wilayah juga harus diperhitungkan karena apabila lingkungan pemeliharaan jauh dari sumber pakan hijauan, maka akan semakin sulit apabila menemui musim kekeringan.
B. Sasan.Saran
Program pendidikan kecakapan hidup (Life Skill) adalah satu program yang dapat menyentuh langsung kepada masyarakat terutama masyarakat pedesaan, apalagi life skill budidaya ternak. Karena disamping mudah dibudidayakan, sebagai sumber pendapatan bagi warga masyarakat miskin pedesaan, sehingga kami sangat mengharapkan hendaknya bagi pengambil kebijakan agar dapat selalu mengalokasikan dana bantuan life skill, melalu SKB-SKB yang ada.
Purbolinggo, September 2008
Penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar